Argumentative

Saat pandemi seperti ini yang harus diprioritaskan? ekonomi atau kesehatan? 

Awal tahun dunia sempat menghebohkan dengan munculnya virus mematikan, virus Corona (covid -19). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan coronavirus (cov) adalah virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Virus ini pertama kali muncul di Wuhan China pada Desember 2019, kemudian menyebar dengan sangat cepat bahkan ke berbagai negara dan kini menjadi pandemi ke seluruh dunia. Menurut Worldmeters per 24 Juni, secara global ada 9.341.861 kasus co-19 dan di antaranya, 478.908 orang meninggal dunia dan 5.034.061 orang pulih. Kasus ini masih mengalami peningkatan. Di Indonesia sendiri per 23 Juni terdapat 47.896 kasus, sebanyak 2.535 orang meninggal dunia dan 19.241 dinyatakan sembuh.

Menyikapi kasus ini, berbagai kebijakan mulai bermunculan. Dimulai dengan pelaksanaan kerja dari rumah, social distancing dan physical distancing, sejumlah pabrik produksi terbatas, pertokoan tutup dan sampai pada pelaksanaan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB). Akibatnya COVID-19 tidak hanya menimbulkan gangguan kesehatan tetapi juga perekonomian. Dalam artikel yang diterbitkan dalam buku Mitigating the COVID Economic Crisis (2020) disebutkan bahwa ekonomi modern ibarat jaringan kompleks yang saling berhubungan antara karyawan, perusahaan, pemasok, konsumen, bank, dll. “Setiap orang adalah karyawan, konsumen, atau pemberi pinjaman yang lainnya, "kata Profesor tamu di Universitas Princeton. Jika salah satu dari jaringan ini terkena penyakit maka akan mempengaruhi yang lain.

Menurut Mohammad Suleman Hidayat, kunci mengatasi dampak negatif pandemi Covid-19 terletak pada perspektif pemerintah. Hidayat menyarankan pemerintah tidak lagi memisahkan kebijakan di bidang ekonomi dan kesehatan. “Saya termasuk yang tidak bisa menganggap kesehatan di atas ekonomi. Karena keduanya terkait,” ujarnya saat diskusi online dengan Kadin Jabar, Senin (25/5/2020) malam. Dalam catatan Hidayat, dalam hidupnya ia tidak pernah mengalami krisis yang menyerang kedua belah pihak bersamaan dengan pandemi Covid-19. “Situasinya, ini krisis yang luar biasa, itu tidak normal. Kalau ada yang tidak normal, mungkin antisipasinya juga bukan dengan cara biasa. Jadi kalau kita lakukan dengan cara biasa, tidak sesuai dengan hal yang harus dilakukan. diantisipasi, "lanjutnya.

Di saat seperti ini negara lain masih enggan mengendurkan kebijakan lockdown. Namun pemerintah Indonesia telah menunjukkan bahwa prioritas menjaga stabilitas ekonomi tampaknya lebih penting daripada menjaga kesehatan warganya selama pandemi COVID-19. Dalam kebijakan yang cukup kontroversial, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah memerintahkan pegawai BUMN yang berusia di bawah 45 tahun untuk kembali bekerja mulai 25 Mei. Kementerian BUMN menjelaskan kelompok usia ini berisiko rendah tertular COVID. -19. Instruksi ini merupakan bagian dari rencana besar pemerintah untuk melonggarkan kebijakan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) yang sudah berjalan di beberapa daerah. Tujuan akhirnya adalah menjalankan roda bisnis kembali.

Padahal kondisi Amerika Serikat sendiri sudah menunjukkan kerugian yang begitu besar sehingga terlalu mementingkan Ekonomi dibandingkan dengan kesehatan. Dan menurut saya, untuk situasi ini kesehatan harus diutamakan, karena jika masyarakat dan pemerintah sehat, kita bisa membangun kembali ekonomi yang rusak. Sedangkan jika ekonomi penting, akibatnya negara akan semakin terpuruk dengan bertambahnya jumlah korban. Pendapat saya juga banyak disepakati oleh teman-teman saya, karena kalau kita sehat akan mudah mengurus segala sesuatunya

Indonesia perlu belajar bagaimana merumuskan kebijakan yang tidak hanya tepat sasaran, tetapi juga pada prioritas. Langkah yang bisa diambil adalah menyadari dampak serius pandemi ini. Kemudian, pemerintah juga harus menyadari bahwa menabung kepentingan ekonomi atas kesehatan masyarakat hanya akan membawa kerugian yang lebih besar dan berkepanjangan nantinya. Dan kesadaran pribadi kita diperlukan untuk mematuhi berbagai kebijakan yang diterapkan guna memutus mata rantai distribusi Covid-19 agar perekonomian tidak tertekan dan pertumbuhan ekonomi mulai meningkat.


References

https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:7cCY8vjVlJsJ:https://katadata.co.id/analisisdata/2020/05/08/simalakama-mitigasi-covid-19-kesehatan-atau-ekonomi+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id

https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/203/tangani-dampak-covid-19-pemerintah-jaga-keselarasan-aspek-kesehatan-dan-ekonomi

https://mediaindonesia.com/read/detail/301866-langkah-pemerintah-tangani-dampak-covid-19-sudah-tepat

https://theconversation.com/mengapa-indonesia-harus-berhenti-prioritaskan-ekonomi-saat-pandemi-covid-19-belajar-dari-negara-lain-139033

https://kolom.tempo.co/read/1323767/lockdown-covid-19-dilema-ekonomi-dan-nyawa-manusia

https://www.suaramerdeka.com/news/opini/225802-ekonomi-di-masa-pandemi-covid-19

https://manadopost.jawapos.com/opini/17/05/2020/pemutusan-rantai-penyebaran-covid-19-antara-hukum-kesehatan-dan-ekonomi/

https://katadata.co.id/analisisdata/2020/05/08/simalakama-mitigasi-covid-19-kesehatan-atau-ekonomi

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-52520636

https://bebas.kompas.id/baca/riset/2020/03/03/menggugat-langkah-pemerintah-hadapi-wabah-virus-korona-covid-19/

Writer Bio : Difia Chelly Suwandi







Komentar